Minggu, 27 November 2011

Tauhid,...Keutamaan dan Pembatalnya

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam atas Rasulullah saw.
Akhi Fillah! Kepadamu aku persembahkan kalimat-kalimat singkat ini yang membahas masalah keutamaan Tauhid dan peringatan dari hal-hal yang membatalkannya, seperti berbagai macam perbuatan syirik dan bid'ah, baik yang besar maupun yang kecil.
Sesungguhnya Tauhid itu adalah kewajiban pertama yang diserukan oleh para rasul, yang merupakan pondasi da'wah mereka, Allah swt berfirman: "Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah taghut" (An-Nahl:36)
Dan tauhid itu adalah merupakan hak Allah yang paling besar atas hamba-Nya, sebagaimana diriwayatkan dalam Shahih Bukhari dan Muslim dari hadits Mu'adz ra berkata: "Rasulullah saw bersabda:'Hak Allah atas hamba-hamba-Nya adalah mereka menyembah-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan yang lain'"
Maka barangsiapa yang mengamalkan tauhid akan masuk surga, dan barangsiapa yang mengamalkan dan menyakini hal-hal yang bertentangan dengannya, maka ia termasuk penghuni neraka. Dan karena tauhid itu pulalah para rasul diperintahkan untuk memerangi kaumnya hingga mereka meyakininya, sebagaimana sabda Rasulullah saw: "Saya diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tiada Tuhan kecuali Allah."[H.R. Bukhari-Muslim]
Merealisasikan (mewujudkan) tauhid adalah jalan menuju kebahagiaan di dunia maupun di akhirat, sedang melakukan hal-hal yang bertentangan dengannya adalah jalan menuju kepada kesengsaraan. Mengamalkan tauhid adalah jalan untuk menyatukan barisan dan kalimat umat, sedang kesalahan dalam tauhid adalah penyebab perpecahan dan terceraiberainya umat ini.
Ketahuilah wahai akhi fillah- semoga Allah merahmati kita semua- bahwa sesungguhnya tidak semua orang yang mengucapkan laa ilaha illallah termasuk ahli tauhid hingga terpenuhinya syarat-syarat tauhid yang tujuh itu, seperti yang disebutkan oleh ulama, yaitu:
1. Mengetahui makna dan maksudnya, dengan kedua dimensinya, baik dari segi peniadaan (laa ilaha) "tiada tuhan" maupun dari segi penetapan (illallah) "kecuali Allah", jadi tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah swt.
2. Meyakini kandungannya dengan keyakinan yang kuat
3. Menerima apa yang dimaksudkan oleh kalimat ini dengan hati dan lisan
4. Tunduk kepada kandungannya
5. Jujur, yaitu ia menyibukkan dengan lisan yang dibenarkan oleh hatinya
6. Ikhlas yang tidak dicampuri oleh perasaan riya
7. Mencintai kalimat ini dengan segala kandungannya
Wahai saudara-saudaraku yang saya cintai karena Allah!. Sebagaimana kita wajib untuk mengamalkan tauhid dengan memenuhi syarat-syarat "laa ilaha illallah" maka kitapun diwajibkan untuk menghindari dan mencegah diri dari perbuatan syirik dengan segala bentuk, pintu dan tempat masuknya, baik syirik yang besar maupun syirik yang kecil, karena sebesar-besar kezaliman adalah syirik kepada Allah, dimana Allah swt mengampuni dosa-dosa hamba-Nya kecuali perbuatan syirik itu. Dan barangsiapa yang terperosok ke dalamnya maka Allah swt mengharamkan surga baginya dan nerakalah tempat kembalinya. Allah swt berfirman: "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya." (An-Nisaa':48)
Kepadamu wahai akhi fillah! saya persembahkan beberapa hal yang membatalkan dan merusak tauhid, sebagaimana yang disebutkan oleh para ulama agar kita dapat menghindarinya, diantaranya adalah:
1. Memakai kalung atau benang (yang diikatkan di leher atau di tangan) dari apapun jenisnya, seperti kuningan , besi ataupun kulit dengan maksud mengangkat(menghilangkan) dan menolak bencana karena hal ini termasuk perbuatan syirik.
2. Menggunakan "Ruqyah Bid'ah" (pengobatan dengan membaca mantra) dan "Tamimah" (jimat). Ruqyah bid'ah yang dimaksud adalah yang mengandung coretan-coretan, gambar-gambar dan perkataan-perkataan yang tidak dimengerti serta meminta pertolongan kepada jin dalam mendeteksi suatu penyakit atau melepaskan diri dari sihir. Sedang yang dimaksud dengan "Tamimah" adalah apa-apa yang dikalungkan pada manusia atau hewan yang terbuat dari benang atau ikatan lainnya, baik yang tertulis dengan ucapan bid'ah yang tidak bersumber dari Al-Qur'an dan Sunnah, ataupun yang bersumber dari keduanya-berdasarkan pendapat yang rajih (kuat)- karena ini termasuk hal yang melahirkan perbuatan syirik.
Rasulullah saw bersabda: "Sesungguhnya Ruqyah-yang mengandung syirik-, Tamimah, dan Tiwalah (sesuatu yang dibuat agar suami mencintai istrinya atau sebaliknya) adalah perbuatan syirik" [H.R Ahmad dan Abu Daud]
Termasuk perbuatan ini adalah menggantungkan selembar kertas, sepotong logam kuningan atau besi di dalam mobil yang diatasnya tertulis 'Lafdhul Jalala' (Allah) atau ayat kursyi atau meletakkan mushaf Al-Qur'an di dalam mobil dengan keyakinan bahwa itu semua dapat menjaga dan mencegahnya dari kejelekan seperti mata yang mengandung sihir dan sejenisnya. Termasuk pula memasang sepotong kertas atau logam yang berbentuk telapak tangan atau terdapat gambar mata. Tidak boleh memasang itu semua dengan keyakinan dapat mencegah dari pandangan mata yang mengandung sihir.
Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa yang menggantungkan dirinya pada sesuatu maka Allah akan membuatnya tetap bergantung padanya." [H.R Ahmad, Tirmidzi dan Hakim]
3. Termasuk diantara yang membatalkan tauhid adalah mencari berkah pada orang-orang tertentu dengan menyentuh dan meminta berkahnya, atau mencari berkah pada pohon-pohon, batu-batu dan lain-lain, bahkan kepada Ka'bahpun tidak boleh disentuh dengan tujuan mencari dan mengambil berkahnya, Umar ra ketika mencium Hajar Aswad berkata: "Sesungguhnya saya tahu bahwa kamu adalah batu yang tidak mendatangkan mudharat dan manfaat, seandainya saya tidak melihat Rasulullah saw menciummu, saya tidak akan menciummu."
4. Diantara yang membatalkan tauhid adalah menyembelih hewan bukan karena Allah, seperti untuk para wali, setan-setan, jin dengan tujuan mengambil manfaat dan mencegah kejahatan mereka, perbuatan ini termasuk syirik paling besar. Dan sebagaimana kita dilarang menyembelih untuk selain Allah, maka kitapun dilarang meyembelih pada tempat-tempat penyembelihan yang biasa digunakan menyembelih hewan untuk selain Allah, walaupun orang tersebut menyembelih dengan niat untuk Allah swt, dengan maksud mencegah seseorang terperosok ke dalam perbuatan syirik.
5. Termasuk pula, bernadzar untuk selain Allah, karena nadzar itu adalah ibadah yang tidak boleh ditujukan kepada selain Allah swt
6. Termasuk diantaranya adalah meminta pertolongan dan perlindungan kepada selain Allah swt. Rasulullah saw bersabda kepada Ibnu Abbas ra: "Bila engkau meminta pertolongan, maka mintalah pertolongan kepada Allah dan bila engkau memohon sesuatu, maka mohonlah kepada Allah." Oleh karena itu kita dilarang memohon kepada Jin.
7. Diantara yang menafikan (membatalkan) tauhid adalah sifat "Ghuluw" (berlebih-lebihan) terhadap para wali dan orang-orang shaleh dan mengangkat mereka melebihi kedudukannya, yaitu dengan berlebih-lebihan dalam memuliakan atau mengangkat mereka sederajat dengan kedudukan para rasul, atau menganggap mereka sebagai orang-orang yang ma'sum (terbebas dari dosa)
8. Diantara yang merusak tauhid adalah "thawaf" di (sekeliling) kuburan, ini termasuk perbuatan syirik. Kita dilarang shalat di kuburan karena dapat menggiring seseorang kepada perbuatan syirik, maka bagaimana pula kita shalat dan beribadah kepadanya? Na'udzu billah.
9. Untuk menjaga tauhid, kita dilarang membangun sesuatu diatas kuburan atau membuat kubah dan masjid, serta dilarang meninggikan (tanah kuburan) nya.
10. Diantara yang merusak tauhid adalah sihir, mendatangi tukang sihir, dukun, ahli nujum dan sebagainya. Jadi tukang sihir itu adalah orang yang kafir, tidak boleh mendatangi, bertanya dan membenarkannya, walaupun mereka mengaku sebagai wali, syaikh dan sebagainya
11. Termasuk yang membatalkan tauhid adalah "Thiyarah" yaitu perasaan pesimis (karena melihat suatu jenis burung tertentu) kepada hari, bulan, atau orang tertentu. Ini semua dilarang, karena "Thiyarah" adalah sesuatu yang dilarang, sebagaimana disebutkan di dalam salah satu hadits.
12. Termasuk yang merusak tauhid adalah mengandalkan dan bergantung kepada-sesuatu-sebab (perantara) seperti dokter, pengobatan, jabatan, dan sebagainya dan tidak bertawakkal kepada Allah SWT. Dan yang diperintahkan adalah mencari perantara itu seperti mencari penyembuhan dan rejeki tetapi dengan tetap menggantungkan hati (tawakkal) kepada Allah SWT semata, tidak kepada perantara tersebut.
13. Termasuk yang menafikkan tauhid adalah ilmu nujum atau memanfaatkan bintang pada sesuatu yang tidak diciptakan untuk itu. Maka kita dilarang untuk menggunakan bintang untuk mengetahui atau meramal kejadian yang akan datang dan hal-hal ghaib, karena ini semua dilarang.
14. Termasuk pula meminta hujan berdasarkan musim, bintang dan benda langit lainnya dengan keyakinan bahwa bintang-bintang itulah yang menurunkan atau menahan hujan, akan tetapi yang menurunkan dan menahan turunnya hujan adalah Allah SWT, maka katakanlah, "Hujan itu diturunkan kepada kami karena keutamaan (karunia) dan rahmat Allah."
15. Di antara yang membatalkan tauhid adalah memalingkan suatu ibadah kepada selain Allah, seperti memalingkan perasaan cinta yang tulus atau rasa takut kepada makhluk-makhluk.
16. Termasuk yang menghapuskan Tauhid adalah perasaan aman dari tipu daya dan adzab Allah serta berputus asa dari rahmat-Nya. Maka janganlah merasa aman dari tipu daya Allah dan jangan berputus asa dari rahmat-Nya, tetapi hendaklah berada di antara perasaan takut dan harapan.
17. Termasuk yang membatalkan tauhid adalah tidak sabar terhadap takdir-takdir Allah, mengeluh dan menentang takdir, seperti mengatakan: "Ya Allah, Mengapa engkau melakukan ini terhadapku, atau terhadap si Fulan." atau mengucapkan: "Mengapa Engkau melakukan ini semua, ya Allah." dan termasuk dalam jenis ini adalah meratap, merobek kantong dan memotong-motong rambut (karena perasaan sedih yang berlebih-lebihan).
18. Termasuk pula adalah riya' dan sum'ah (ingin memperdengarkan kebaikannya) dimana seseorang melakukan kebaikan karena dunia.
19. Di antara yang menafikkan tauhid adalah mematuhi para ulama, pemimpin dan sebagainya dalam menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal, karena taat kepada mereka dalam hal ini termasuk perbuatan syirik.
20. Termasuk yang membatalkan tauhid adalah ucapan: "Apa yang Allah dan engkau kehendaki." atau ucapan: "Seandainya bukan karena Allah dan si Fulan." atau ucapan: "Saya bertawakkal kepada Allah dan kepada si Fulan." Hendaklah menggunakan kata "kemudian" dalam ungkapan-ungkapan tersebut di atas, berdasarkan perintah Rasulullah SAW bahwa ketika mereka ingin bersumpah hendaklah mengatakan: "Demi Tuhan Ka'bah" dan mengatakan: "Apa yang dikehendaki Allah kemudian apa yang engkau kehendaki." [H.R Nasai]
21. Termasuk perbuatan yang merusak Tauhid adalah mencaci maki tahun, waktu, hari dan bulan.
22. Termasuk yang menafikan tauhid adalah menghina agama, rasul-rasul, Al-Qur'an dan Sunnah. Atau mengejek orang-orang shaleh dan ulama disebabkan oleh karena mereka mengamalkan sunnah dan menampakkannya kepada mereka seperti memelihara jenggot, memakai siwak, memendekkan pakaian hingga ke atas mata kaki dan lain-lain.
23. Termasuk pula penamaan "Abdul Nabi", "Abdul Ka'bah" dan "Abdul Husain". Ini semua dilarang karena mengandung makna penghambaan diri kepada selain Allah. Karena penghambaan diri hanya kepada Allah semata, seperti nama "Abdullah" dan "Abdurrahman"
24. Termasuk yang menafikan Tauhid adalah menggambar makhluk-makhluk yang memiliki roh lalu mengagungkan dan menggantungkan gambar tersebut di dinding, ruang tamu dan sebagainya
25. Diantara yang merusak Tauhid adalah meletakkan dan menggambar salib atau membiarkannya ada pada pakaian sebagai pengakuan. Hendaklah salib itu dipatahkan atau dibuang.
26. Diantara yang menafikan Tauhid adalah mengangkat orang-orang kafir dan munafiq sebagai pemimpin dengan mengagungkan dan memuliakan mereka atau memanggil mereka dengan sebutan sayyid (tuan), menyambut ataupun mencintai mereka.
27. Termasuk yang menafikan dan bertentangan dengan Tauhid adalah bertahkim (berhukum) kepada selain apa yang diturunkan oleh Allah serta mendudukkan undang-undang buatan manusia sejajar dengan hukum syariat Allah Yang Maha Bijaksana, atau melegalisir undang-undang manusia dalam hukum, atau menganggap undang-udang tersebut sama atau bahkan lebih baik dari hukum syariat dan lebih cocok dengan zaman, dan seseorang yang meridhai itu termasuk dalam jenis ini.
28. Termasuk yang membatalkan Tauhid adalah bersumpah dengan selain Allah, seperti bersumpah dengan nabi amanah dan semacamnya. Nabi saw bersabda: "Barangsiapa yang bersumpah dengan selain Allah, maka sungguh ia telah kafir atau musyrik" [H.R. Tirmidzi dan dihasankannya]
Akhi fillah! Sebagaimana kita wajib mengamalkan Tauhid dan berhati-hati dari segala hal yang bertentangan dan membatalkannya, maka kita juga harus selalu berjalan diatas jalan Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang dikenal dengan sebutan Al-Firqatun Najiyah (golongan yang selamat) yaitu jalan orang-orang salaf (dulu) umat ini seperti para sahabat dan yang datang sesudah mereka dalam segala aspek aqidah dan akhlak. Dan sebagaimana Ahlus Sunnah memiliki manhaj (jalan hidup) dalam hal aqidah pada masalah nama-nama dan sifat-sifat Allah dan sebagainya, maka demikian pula mereka memiliki manhaj dalam hal tingkah laku, akhlak, muamalah, ibadah, dan dalam berbagai aspek kehidupan mereka. Oleh karena itu ketika Rasulullah saw menyebutkan bahwa umat ini akan terpecah menjadi 73 golongan: "Semua di neraka kecuali satu", Beliau ditanya: "Siapa mereka?" Lalu Beliau menjawab: "Mereka adalah seperti apa yang aku dan para sahabatku jalani sekarang".
Beliau tidak mengatakan: "Mereka yang mengatakan dan melakukan ini dan itu... saja" Tetapi mereka yang mengikuti dan menjalani manhaj Rasulullah saw dan para sahabatnya dalam berbagai hal.
Maka yang harus anda lakukan adalah sebagai berikut:
1. Dalam masalah Sifat, hendaklah anda menyifati Allah dengan apa yang Dia sifati dirinya dan apa yang Rasulullah sifati dengan tanpa penyimpangan, penggambaran bentuk, penyerupaan dan peniadaan. Jadi tidak boleh menolak (sifat-sifat itu) kecuali (apa) yang diingkari oleh Allah swt dan tidak ada penyerupaan. Berdasarkan firman Allah swt: "Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat" (Asy-Syuura:11)
2. Bahwa Al-Qur'an itu adalah kalam Allah, bukan makhluk yang diturunkan oleh-Nya dan akan kembali kepada-Nya.
3. Beriman dengan apa yang akan terjadi setelah mati seperti adzab kubur dan sebagainya
4. Keyakinan bahwa iman itu adalah perkataan dan perbuatan yang bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan
5. Tidak boleh mengkafirkan seseorang ketika melakukan dosa selain syirik selama ia tidak melakukannya. Dan bahwa pelaku dosa besar bila ia bertaubat kepada Allah, maka Allah akan menerima taubatnya, dan bila meninggal sebelum bertaubat, maka ia berada dalam kehendak Allah. Bila Dia menghendaki, maka Dia akan mengampuninya dan bila Dia mengendaki, maka Dia akan menyiksanya lalu memasukkannya ke dalam surga. Dan bahwa tidak ada yang akan kekal di dalam neraka kecuali orang yang tergelincir dalam lembah kekafiran dan syirik, dan meninggalkan shalat termasuk perbuatan kafir.
6. Ahlus-Sunnah mencintai, mengagumi dan mengikuti seluruh sahabat Rasulullah, apakah mereka termasuk Ahlul-Bait atau bukan. Dan tidak meyakini kemaksuman seorang pun di antara mereka. Dan bahwa sahabat yang paling mulia adalah Abu Bakar Ash Shiddiq, kemudian Umar bin Khattab lalu Utsman bin 'Affan disusul Ali bin Abi Thalib, -semoga Allah meridhoi mereka-.
7. Mereka beriman kepada karomah para wali yaitu orang-orang yang bertakwa dan sholeh.
Sebagaimana firman Allah SWT: "Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa." (Yunus: 62-63)
8. Mereka tidak melihat bolehnya keluar dari kepemimpinan seorang imam (pemimpin) selama ia masih menegakkan sholat. Dan mereka pun tidak menganggapnya kafir murtad selama ia memiliki dalil dan petunjuk dari Allah.
9. Mereka juga beriman kepada takdir baik dan buruk dengan seluruh tingkatannya, dan meyakini bahwa manusia itu berjalan dan memiliki ikhtiyar (pilihan untuk melakukan usaha atau perbuatan yang terbaik). Jadi mereka tidak menafikkan takdir dan tidak pula menafikkan ikhtiyar, tetapi menetapkan keduanya.
10. Mereka senang melakukan kebaikan untuk manusia, mereka adalah sebaik-baik manusia bahkan termasuk yang paling adil di antara manusia. +

Tidak ada komentar:

Posting Komentar